Batu Belah (batu betangkup)


batu belah

Batu belah merupakan sebuah batu besar yang terletak lebih kurang 35 km dari Takengon tepatnya di desa "Penarun", Kabupaten Aceh Tengah. Konon ceritanya batu ini dapat menelan siapa saja yang bernyanyi menggunakan bahasa gayo didekatnya dan batu itu akan terbelah dan menarik orang tersebut kedalamnya. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat.

Dahulu kala di desa penarun  hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah,ibu dan dua orang anaknya. anak yang sulung berusia 7 tahun, sedangkan adik nya masih balita. kehidupan keluarga itu sangat miskin, mata pencaharian sang ayah adalah bertani. pada waktu senggang setelah mengerjakan sawahnya, sang ayah selalu berburu ke hutan.

Ketika saat makan siang tiba, si anak sulung merajuk karena tidak ada ikan sebagai lauk nasinya. anak itu terus merengek rengek, sehingga membuat sang ibu menjadi sedih dan memerintahkan si anak mengambil sendiri belalang yang berada di lumbung. Kemudian pergilah si anak ke lumbung dengan hati yang gembira untuk mengambil beberapa ekor belalang.

Tetapi ketika ia membuka pintu lumbung, belalang tersebut berterbangan, dengan girangnya si anak menangkap beberapa ekor belalang yang hendak di serahkan ke ibunya agar dimasak sebagai lauk pada siang itu. sehingga ia lupa untuk menutup lumbung tersebut kembali menyebabkan semua belalang yang ada di dalam lumbung terbang ke luar semuanya.

Ketika sang ayah pulang berburu, ia kelihatan amat lelah dan kesal, karena seharian berburu ke hutan dan tidak mendapatkan hasil buruan seekor hewan pun yang bisa menjadi santapan mereka. Kekesalan dan kecewaanya itu berubah menjadi kemarahan ketika istrinya mengatakan bahwa semua belalang yang ada di lumbung lepas terbang.

Si ayah sangatlah marah mengingat sangat lama ia mengumpulkan belalang-belalang tersebut, dan sekarang semuanya lenyap, hilang karena kelalaian sang istri dan anaknya. Dalam keadaan lupa diri, sang ayah memukuli ibu dari anak-anaknya sampai babak belur kemudian menyeretnya ke luar rumah dan si ayah mengambil parang yang berada dekatnya dan memotong payudara ibu dari anak nya itu.

Dalam keputusasaannya dan menyesali perbuatan suaminya yang begitu ringan tangan, istrinya pergi meninggalkan rumah sambil merintih kesakitan dengan darah yang bercucuran. Ia pun berjalan tak tentu arah dan tujuan sehingga sampailah didepan batu belah. Kemudian tanpa menunggu lama si ibu yang malang itu langsung mendendangkan nyanyian dalam bahasa gayo berkali-kali dengan lembut, yang bunyinya "Atu Belah, Atu Betangkup......ini nge sawah janyi te dahulu" nyanyian tersebut mempunyai makna "Batu Belah, Batu Bertangkup.........ini sudah sampai janji kita dahulu". Bergetarlah bumi terasa bagaikan gempa dengan goncangan yang sangat dahsyat perlahan-lahan terbukalah batu belah tersebut.

Kedua adik berkakak itu terus mengikuti ibunya dari kejauhan sambil menangis. Sang kakak menggendong adiknya yang masih kecil. Sampai tibalah anakya di hadapan batu belah tersebut. Dengan hati yang hancur anak-anaknya menangis berteriak semampunya melihat si ibu sudah melangkah mau masuk kedalam batu belah.

Tanpa ragu-ragu dengan tidak mempedulikan jeritan anak-anaknya lagi si ibu langsung melangkah masuk ke dalam mulut batu yang menganga lebar. Sedikit demi sedikit tubuh perempuan itu ditelan batu tersebut. Pada saat kedua anak nya kakak beradik itu tiba di depan Batu Belah, suasana alam sekitar tempat itu menjadi berubah. Hujan tiba-tiba turun dengan lebatnya yang di sertai dengan angin kencang. Bumi terasa redup, seakan menyaksikan Atu Belah menelan manusia.

Beberapa saat kemudian semuanya reda. Dengan hati hancur kakak beradik itu hanya dapat melihat rambut ibunya yang tidak masuk semua tertelan Batu Belah. Kemudian anak yang besar mencabut tujuh helai rambut ibunya untuk di jadikan jimat pelindung mereka berdua.

Gunung Burni Telong